Senin, 18 Januari 2016

FORMALIN

"Bisa jadi, seseorang yang terlalu awet status jomblonya karena dia rutin mengkonsumsi formalin. Tapi butuh penelitian lebih lanjut". (Penulis)

MASYARAKAT resah karena keberadaan zat pengawet berbahaya bernama Formalin yang telah menjadi ancaman serius di dalam kehidupannya sehari-hari. Lagi-lagi masyarakat dibikin kaget, terperanjat, bingung dan ujung-ujungnya bisa ditebak, tidak bisa berbuat apa-apa. Lebih menyedihkan lagi, banyak masyarakat yang tidak tahu, apa itu Formalin ketika banyak zat makanan, minuman dan produk konsumsi masyarakat lainnnya mengandung formalin. Pemerintah pun melarang penggunaan Formalin.
Larangan Formalin sebenarnya sudah diterbitkan oleh Pemerintah sejak Tahun 1988 melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722 / Menkes / Per / IX / 88 yang secara tegas memberlakukan larangan bagi penggunaan Formalin dalam makanan. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 juga mengatur, bahwa kesengajaan menggunakan zat berbahaya sebagai bahan tambahan makanan, dikenakan denda maksimal Rp 600 juta dan penjara lima tahun kurungan.
Hanya saja, sering kali aturan yang ada di Indonesia ini hanya menjadi pajangan. Bahkan jika Anda beruntung, tajir, hebat, banyak koneksi dengan pejabat dan pentolan penegak hukum, sanksi hukumnya terkadang dapat diperjualbelikan. Tapi kalau Anda adalah orang biasa tak banyak uang, dan tak memiliki koneksi dengan orang penting, siap-siap saja mendekam di penjara.(*)

KISAH ROJALI DAN SUMITRO

"Fakta menyebutkan, tak pernah ada orang meninggal di RS karena rokok. Sebab, sebelum sampai ke RS mereka sudah terlebih dulu meninggal". (Penulis)

ADA sebuah kisah yang sesungguhnya banyak ditemukan dalam keseharian. Yakni kisah 'Rojali dan Sumitro'. Rojali adalah akronim dari 'Rokok Jarang Beli', sedangkan Sumitro adalah akronim dari 'Suka Minta Rokok'.
Keberadaan mereka banyak dijumpai di sekitar kita, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi tentang identitas mereka. Aktivitas keduanya adalah berupaya mendapatkan sebatang rokok demi mulutnya bisa ngepul. Kalau bisa mendapatkannya dengan gratis, apalagi pada saat dompetnya sedang kering kerontang. Keduanya dianugerahi kepandaian ngobrol dengan orang-orang yang punya rokok. Kadangkala keduanya juga beli rokok sih, walaupun jarang.
Rokok menurut Islam hukumnya makruh karena dinilai membawa ketidakbaikan bagi kesehatan tubuh. Wajar jika kampanye anti rokok dan anti asap tembakau terus mengumandang secara internasional.
Indonesia menduduki peringkat kelima dalam jumlah perokok terbesar di dunia. Kaum remajanya malah divonis jumlahnya tertinggi di dunia. Tercatat sebanyak 13,2 % kaum pelajar di Indonesia adalah perokok aktif. Di negara-negara lain, paling tinggi hanya 11 %.
Catatan WITT (Wanita Indonesia Tanpa Tembakau) pada tahun 2007 saja, jumlah orang meninggal dunia akibat rokok juga cukup signifikan. Dari total 1,2 juta orang di Asia Tenggara yang menggunakan bahan baku tembakau, sebesar 25 %-nya berada di Indonesia, diantaranya meregang nyawa.
Lalu mengapa si Rojali dan Sumitro sulit menghilangkan kebiasaannya merokok? Entahlah, walaupun ada yang menjawab, “Kasihan petani tembakau jika semua orang berhenti merokok,”. Padahal ada sekitar 43 jenis penyakit yang bisa ditimbulkannya hingga kematian akibat rokok. Karena, dari sebatang rokok, mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia berbahaya, terutama tar, nikotin dan kabron monoksida. No Smoking!(*)

AMARAH

”Anger Punishes Itself” (Penulis)

AMARAH bisa muncul kapan saja dari diri sendiri, dari orang lain bahkan dari istri, makhluk yang paling terdekat dengan kita sekalipun. Padahal, amarah lebih banyak timbulkan dampak negatifnya, ketimbang positifnya. Orang-orang bijak terkenal di dunia banyak berpesan dan memberikan nasihat tentang tidak ada untungnya seseorang marah.
Ambrose Bierce mengingatkan, “Bicaralah pada saat Anda sedang marah dan Anda akan melakukan pidato panjang yang akan Anda sesali”.
Baltasar Gracian memberi nasihat, “Janganlah melakukan apa pun pada saat Anda marah, karena semua yang Anda lakukan menjadi serba salah”.
Daniele Webster berpesan, “Tetaplah tenang, amarah bukanlah suatu alasan”.
Henry Ward Beecher berkata, “Janganlah Anda melupakan kata-kata seseorang yang sedang marah yang ditujukan kepada kita”.
Ovid berpetuah, “Bertambah agung seseoang, maka bertambah besar ketahanannya untuk tidak marah”. Saneca memberi tip ampuh, “Obat yang paling mujarab untuk mengobati amarah adalah dengan menundanya".
Karenanya, jika memiliki kemampuan menahan amarah, bersikaplah seperti ceret yang memakai sempritan. Dia hanya bernyanyi saat airnya sudah mendidih. Kebanyakan, jika seseorang benar biasanya dapat menahan diri untuk bersabar. Tetapi jika orang itu bersalah, biasanya tidak dapat menahan diri untuk tidak marah. Padahal, dengan amarah, sangat sulit untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain. Simpanlah amarah karena tidak seorang pun yang menginginkannya.
Pepatah India menyebutkan amarah berakhir dengan kekejaman. Pepatah China berkata jika seseorang berada dalam keadaan marah, dia tidak berada di pihak yang benar, dan jangan menulis surat pada saat sedang marah. Pribahasa Jerman, amarah tanpa tenaga adalah kebodohan. Peribahasa India yang lain, janganlah melempar amarah yang dapat berbalik melawan, karena api memiliki panas yang sama saat dinyalakan. (***)

DEFINISI TEROR

"Apakah 'Listrik Byarpet' tidak termasuk sebagai 'Teror Listrik'?".
‪#‎Banting Genset#

'IDA' WANITA BERBAHAYA

"Wanita bernama 'IDA' ditangkap Polisi, karena nama lengkapnya adalah 'sianIDA',yg diduga sebagai penyebab tewasnya Mirna seusai Ngopi".

#Beritawa#

BUNTU

"Bukan hanya sukses lakukan operasi 'Usus Buntu', seorang dokter muda juga berhasil mengoperasi 'Jalan Buntu'".

‪#‎Beritawa#