Senin, 18 Januari 2016

KISAH ROJALI DAN SUMITRO

"Fakta menyebutkan, tak pernah ada orang meninggal di RS karena rokok. Sebab, sebelum sampai ke RS mereka sudah terlebih dulu meninggal". (Penulis)

ADA sebuah kisah yang sesungguhnya banyak ditemukan dalam keseharian. Yakni kisah 'Rojali dan Sumitro'. Rojali adalah akronim dari 'Rokok Jarang Beli', sedangkan Sumitro adalah akronim dari 'Suka Minta Rokok'.
Keberadaan mereka banyak dijumpai di sekitar kita, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi tentang identitas mereka. Aktivitas keduanya adalah berupaya mendapatkan sebatang rokok demi mulutnya bisa ngepul. Kalau bisa mendapatkannya dengan gratis, apalagi pada saat dompetnya sedang kering kerontang. Keduanya dianugerahi kepandaian ngobrol dengan orang-orang yang punya rokok. Kadangkala keduanya juga beli rokok sih, walaupun jarang.
Rokok menurut Islam hukumnya makruh karena dinilai membawa ketidakbaikan bagi kesehatan tubuh. Wajar jika kampanye anti rokok dan anti asap tembakau terus mengumandang secara internasional.
Indonesia menduduki peringkat kelima dalam jumlah perokok terbesar di dunia. Kaum remajanya malah divonis jumlahnya tertinggi di dunia. Tercatat sebanyak 13,2 % kaum pelajar di Indonesia adalah perokok aktif. Di negara-negara lain, paling tinggi hanya 11 %.
Catatan WITT (Wanita Indonesia Tanpa Tembakau) pada tahun 2007 saja, jumlah orang meninggal dunia akibat rokok juga cukup signifikan. Dari total 1,2 juta orang di Asia Tenggara yang menggunakan bahan baku tembakau, sebesar 25 %-nya berada di Indonesia, diantaranya meregang nyawa.
Lalu mengapa si Rojali dan Sumitro sulit menghilangkan kebiasaannya merokok? Entahlah, walaupun ada yang menjawab, “Kasihan petani tembakau jika semua orang berhenti merokok,”. Padahal ada sekitar 43 jenis penyakit yang bisa ditimbulkannya hingga kematian akibat rokok. Karena, dari sebatang rokok, mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia berbahaya, terutama tar, nikotin dan kabron monoksida. No Smoking!(*)

Tidak ada komentar :