“Suatu bangsa akan mengahadapi kenyataan betapa sulitnya mencari pemimpin yang telinganya tetap diarahkan menghadap ke bawah”. (Winston Churchill)
SAYA mencoba untuk membuat tulisan yang se-objektif mungkin dan tidak untuk memihak siapa pun Capres-nya. Saya adalah orang yang berada di tengah-tengah dengan mencoba se-netral mungkin. Saya bukan golongan orang-orang yg tak tahu apa-apa, namun ikut-ikutan menghina dan menjelekkan Capres lain. Saya juga bukan seorang politisi, apalagi politisi bayaran yang dibayar untuk mendiskriditkan Capres lain. Namun, saya memiliki beberapa tips bijak yang mungkin bisa dijadikan sebagai acuan untuk memilih Capres yang akan maju ke gelanggang Pilpres 9 Juli 2014 mendatang.
Pertama, yang perlu diingat adalah, bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Setiap orang pasti memiliki kesalahan, baik di masa sekarang maupun di masa lampau. Namun kita dituntut untuk bisa menilai dengan jujur, mana kesalahan besar dan mana kesalahan kecil. Jadi, pilihlah Capres yang memiliki kesalahan yang lebih kecil.
Kedua, telusurilah para tim sukses Capres. Bandingkan antara tim sukses Capres yang satu dengan tim sukses Capres lainnya. Kita bisa melihat, mendengar dan membaca apa yang dilakukan oleh para tim sukses Capres itu. Namun, lagi-lagi, kita dituntut untuk jujur menilai kinerja para tim sukses Capres tersebut. Oleh sebab itu, pilihlah Capres yang memiliki tim sukses yang lebih banyak menawarkan ide-ide, inovasi, konsep, program kerja, dan solusi nyata yang masuk akal untuk memperbaiki negara ini. Jangan pilih Capres yang memiliki tim sukses yang kerjanya hanya menjelek-jelekkan, menghina, mencaci-maki, mencar-cari kesalahan, memfitnah, dan tidak memberi contoh baik bagaimana berpolitik yang santun kepada rakyat.
Ketiga, lihatlah ekspresi masyarakat ketika bertemu dengan Capres yang menyambanginya. Lihat antusiasme mereka. Tentunya, lagi-lagi kita dituntut harus melihatnya secara jujur, apakah ekspresi dan antusiasme masyarakat itu murni, jujur, atau dimobilisasi dan dikondisikan. Jadi, pilihlah Capres yang memang bisa memberikan rasa nyaman saat bersama-sama dengannya, seolah-olah tiada batasan. Yang secara sabar dan bersahabat mendengarkan aspirasi dari rakyatnya.
Keempat, pelajari kedua Capres yang akan maju. Tetapi, lagi-lagi kita dituntut utuk jujur mempelajarinya, apakah langkah Capres itu ingin memimpin bangsa ini karena aspirasi atau ambisi?
Dan akhirnya, kita hanya perlu jujur saat akan menentukan pilihan Calon Presiden negara ini. Jangan menggadaikan kejujuran hanya karena ketidaktahuan. Jangan menjual kejujuran karena kebodohan. Jangan mengobral kejujuran hanya karena segepok uang, kemudian membabi buta membual, mempropaganda, dan berkampanye hitam dengan tujuan menjatuhkan Capres lawan dengan cara yang hina. Ingat, kelak setiap perkataan akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Tuhan.
Semoga tulisan sederhana ini, bermanfaat bagi kita semua untuk bisa berfikir lebih jernih dalam menentukan pilihan; "Siapakah yang lebih pantas untuk memimpin negeri ini?" Demi, Indonesia Jujur, Indonesia Santun, Indonesia Damai, dan Indonesia Sejahtera. Salam. (*)
#Anda Boleh Setuju dan Tidak Setuju dg Tulisan Saya Ini#
Tidak ada komentar :
Posting Komentar