“Jika ingin mengetahui siapa dia, maka pilihlah dia sebagai pemimpin”. (Penulis)
SEJUMLAH rumah sakit mengaku siap menampung Caleg (Calon Legislatif) gila. Bahkan, saya setuju jika pemerintah membangun khusus Rumah Sakit Caleg Gila (RSCG). Sebab, jika bercermin pada Pileg 2009, Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP), menyebutkan ada 7.376 Caleg gagal yang akhirnya stres dan gila (Inilahkoran.Com).
Menurut saya, pada dasarnya Caleg gagal dan gila tidaklah berbahaya. Ia dikurung, hanya duduk di kursi pesakitan rumah sakit jiwa. Paling teriak-teriak, pilihlah aku! pilihlah aku! Atau diam merenung dan tersenyum-senyum seperti merasakan sidang paripurna dewan dan gagahnya study banding keliling luar negeri.
Sebaliknya, yang berpotensi berbahaya dan pantas untuk diantisipasi justru para Caleg yang katanya sehat dan sukses duduk di kursi empuk legislatif. Mereka adalah ancaman bagi keutuhan duit negara. Mereka mengancam akan menggerogoti duit rakyat untuk kepentingan dirinya dan partainya. Mahir meminkan anggaran dan main mata dengan eksekutif, yudikatif dan kaum “kapitalis”. Caleg terpilih yang tak berpihak pada kepentingan rakyat, berpotensi menyengsarakan rakyat.
Caleg gila biarlah menjadi urusan dokter di rumah sakit. Namun, Caleg terpilih menjadi urusan rakyat yang akan mengawasinya. Benarkah Ia amanah atau amarah (bernafsu) pada proyek/anggaran rakyat? Entahlah. Bila Caleg gila kemudian asing bagi publik karena dikurung di rumah sakit, itu wajar. Yang tidak wajar adalah Caleg terpilih dan sukses mendulang suara tetapi asing di mata publik, padahal Ia berada di rumah rakyat (Gedung DPR).
Biarlah Caleg gila dikurung di rumh sakit jiwa, daripada Caleg sukses yang akhirnya dikurung di dalam sel hina. (*)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar