Jumat, 28 Desember 2012

HUMOR

NALURI manusia untuk mencari kegirangan, kesenangan, kegembiraan, dan hiburan sudah dimiliki sejak masih bayi. Ketika seorang bayi dilahirkan, ibunya segera melatihnya untuk menyukai kegembiraan. Hampir setiap saat, ibu mengusahakan dengan giat agar sang anak dapat tertawa girang. Ibu sering menirukan tingkah laku binatang, mengeluarkan bunyi aneh, dan memperagakan hal-hal yang tidak masuk akal, guna merangsang agar anaknya tertawa. Ketika sang anak sudah beranjak dewasa, kebutuhan akan kegembiraan itu sudah melekat erat dalam dirinya. "Manusia hidup dengan naluri kuat untuk mencari kegembiraan dan hiburan". (Hendarto,1990) Mereka yang dapat mencari kegembiraan, biasanya tidak berminat untuk mencari definisi tentang sesuatu yang disebut lucu. Agaknya, bagian yang tersulit untuk dirumuskan adalah hal-hal yang menyangkut perbedaan-perbedaan pengalaman pribadi tentang sesuatu yang menyebabkan seseorang tertawa atau tersenyum. "Pengalaman tentang kelucuan pada dasarnya merupakan pengalaman personal". (Sumarthana, 1983) Kelucuan juga selalu sinkron dengan hal-hal yang tidak wajar atau umum. Yang wajar dan umum, tidak memerlukan perbaikan atau tidak lagi menyediakan wadah untuk menjadi lucu. "Hal-hal yang aneh dan nyeleneh dapat menjadikannya humor". (Setiawan, 1990) Semua itu tidak menutup kemungkinan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini berpotensi untuk dijadikan bahan lelucon. Kelucuan atau humor berlaku bagi manusia normal, untuk menghibur. "Hiburan merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia untuk ketahanan diri dalam proses pertahanan hidupnya". (Widjaja, 1993). Dengan demikian, keberadaan humor sebagai sarana hiburan sangat penting. Humor dapat tampil mantap sebagai penyegar pikiran dan sekaligus sebagai penyejuk batin, dan penyalur uneg-uneg. (***)

Tidak ada komentar :