Jauh di dasar jiwamu,
telah bertumpuk ribuan dusta.
menguyup rintik satu-satu yang terlukis abstrak di kaca jendela.
sepetak cermin menggambarkan dirimu pula,
yang dihempas angin hingga berderai
namun kau tetap tegak dalam serpihan
tersenyum memandangku penuh congkak
tulang keringku bergetar,
tak kuasa berlari dari tikaman dusta-dusta busukmu..
Tidak ada komentar :
Posting Komentar